KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi agar dapat
meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48
adalah bahwa Allah Swt. Memerintahkan kepada umat Islam untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti dapat. Untuk
mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras, dan Allah SWT menjadikan kita
berbagai suku bangsa untuk menguji kita terhadap karunia yang Allah SWT telah
berikan.
MAKNA KOMPETISI
Kata ‘kompetisi’ menurut KBBI artinya persaingan. Kebaikan, artinya sifat baik; perbuatan baik; sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.
Kata ‘kebaikan’ menurut ajaran islam dapat diartikan sebagai ‘amal sholeh’. Jadi, kompetisi dalam kebaikan adalah melakukan persaingan atau berlomba untuk melakukan kebaikan atau amal sholeh. Secara terminologis, Amal Sholeh adalah segala perbuatan yang tidak merusak atau menghilangkan kerusakan. Amal sholeh juga adalah perbuatan yang mendatangkan maslahat atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang
terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Allah
Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman
untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا
مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
: Artinya
“Dan Kami telah menurunkan Kitab
(al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti
keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk
setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S.
al-Maidah/5: 48)
Arti Kata
الْكِتَابَ
|
إِلَيْكَ
|
وَأَنزَلْنَا
|
Kitab
|
kepadamu
|
dan
Kami telah menurunkan
|
لِّمَا
|
مُصَدِّقًا
|
بِالْحَقِّ
|
terhadap
apa
|
yang
membenarkan
|
dengan
kebenaran
|
مِنَ
|
يَدَيْهِ
|
بَيْنَ
|
dari
|
dua
tangan/sebelumnya
|
antara
|
عَلَيْهِۚ
|
وَمُهَيْمِنًا
|
الْكِتَابِ
|
atasnya
|
dan
yang menjaga
|
Kitab
|
بِمَا
|
بَيْنَهُم
|
فَاحْكُم
|
dengan/menurut
apa
|
diantara
mereka
|
maka
putuskanlah
|
وَلَا
|
اللَّهُۖ
|
أَنزَلَ
|
dan
janganlah
|
Allah
|
menurunkan
|
عَمَّا
|
أَهْوَاءَهُمْ
|
تَتَّبِعْ
|
dari
apa
|
hawa
nafsu mereka
|
kamu
mengikuti
|
الْحَقِّۚ
|
مِنَ
|
جَاءَكَ
|
kebenaran
|
dari
|
telah
datang kepadamu
|
مِنكُمْ
|
جَعَلْنَا
|
لِكُلٍّ
|
diantara
kamu
|
Kami
telah menjadikan
|
bagi
tiap-tiap ummat
|
وَلَوْ
|
وَمِنْهَاجًاۚ
|
شِرْعَةً
|
dan
sekiranya
|
dan
jalan yang terang
|
peraturan
|
لَجَعَلَكُمْ
|
اللَّهُ
|
شَاءَ
|
niscaya
Dia menjadikan kamu
|
Allah
|
menghendaki
|
وَلَٰكِن
|
وَاحِدَةً
|
أُمَّةً
|
akan
tetapi
|
yang
satu
|
ummat
|
مَا
|
فِي
|
لِّيَبْلُوَكُمْ
|
apa
|
dalam/terhadap
|
Dia
hendak menguji kamu
|
الْخَيْرَاتِۚ
|
فَاسْتَبِقُوا
|
آتَاكُمْۖ
|
kebajikan
|
maka
berlomba-lombalah
|
Dia
berikan kepadamu
|
مَرْجِعُكُمْ
|
اللَّهِ
|
إِلَى
|
tempat
kembalimu
|
Allah
|
kepada
|
بِمَا
|
فَيُنَبِّئُكُم
|
جَمِيعًا
|
dengan/tentang
apa
|
lalu
Dia memberitahukan padamu
|
semua
|
تَخْتَلِفُونَ
|
فِيهِ
|
كُنتُمْ
|
kamu
perselisihkan
|
di
dalamnya
|
kalian
adalah
|
Hukum Tajwid
Surat
al-Maidah/5:48
|
|
Lafal
|
Hukum
Tajwid
|
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ
|
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu
hamzah di lain kalimat
|
الْكِتٰبَ
|
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah
tegak
|
بِالْحَقِّ
|
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ح
|
مُصَدِّقًا لِّمَا
|
Idgham bilaghunnah karena fathah
tanwin bertemu huruf ل
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
|
مٓنَ الْكِتٰبِ
|
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah
tegak
|
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
|
Idzhar karena fathah tanwin bertemu
huruf ع
|
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
|
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu
huruf ب
|
بَيْنَهُمْ بِمَآ
|
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu
huruf ب
|
بِمَآ اَنْزَلَ
|
Mad jaiz munfashil karena mad bertemu
hamzah di lain kalimat
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
|
اَنْزَلَ اللّٰهُ
|
Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
|
وَلَا
|
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
|
اَهْوَآءَ
|
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu
hamzah dalam satu kalimat
|
هُمْ عَمَّا
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ع
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
|
جَآءَ
|
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu
hamzah dalam satu kalimat
|
الْحَقِّ ۗ
|
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ح
Qalqalah kubra karena huruf qalqalah (ق) matinya mendatang disebabkan waqaf
|
لِكُلٍّ جَعَلْنَا
|
Ikhfa karena kasrah tanwin bertemu
huruf ج
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
|
مِنْكُمْ
|
Ikhfa karena nun sukun bertemu
huruf ك
|
كُمْ شِرْعَةً
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ش
|
شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗ
|
Idgham bighunnah karena fathah tanwin
bertemu huruf و
Idzhar karena nun sukun bertemu huruf ه
Mad thabi'i karena fathah
diikuti alif
Mad iwadh karena harokat fathah tanwin
(جًا) dibaca waqaf (جَا)
|
شَآءَ اللّٰهُ
|
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu
hamzah dalam satu kalimat
Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
|
لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ا
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
|
اُمَّةً وَّاحِدَةً
|
Idgham bighunnah karena ada fathah
tanwin bertemu huruf و
|
وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ
|
Idgham bighunnah karena fathah tanwin
bertemu huruf و
|
وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ
|
Idgham bilaghunnah karena nun sukun
bertemu huruf ل
Qalqalah sughra karena huruf qalqalah
(ب) matinya asli (tidak disebabkan karena waqaf)
|
كُمْ فِيْ
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ف
Mad thabi'i karena kasrah
diikuti ya sukun
|
مَآ اٰتٰىكُمْ
|
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu
hamzah di lain kalimat
Mad badal karena ada aa yang dibaca
panjang
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah
tegak (تٰ)
|
كُمْ فَاسْتَبِقُوا
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ف
|
الْخَيْرٰتِ
|
Al qamariyah karena ال bertemu huruf خ
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah
tegak
|
اِلَى اللّٰهِ
|
Lam tafkhim karena lafadz jalalah
didahului harakat fathah
|
مَرْجِعُكُمْ
|
Ra tafkhim karena ra sukun didahului
harakat fathah
|
كُمْ جَمِيْعًا
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ج
Mad thabi'i karena kasrah
diikuti ya sukun
|
جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
|
Ikhfa karena fathah tanwin
bertemu huruf ف
|
كُمْ بِمَا
|
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu
huruf ب
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
|
كُنْتُمْ
|
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ت
|
تُمْ فِيْهِ
|
Idzhar syafawi karena mim sukun
bertemu huruf ف
Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya
sukun
|
تَخْتَلِفُوْنَ
|
Mad aridh lissukun karena mad bertemu
huruf hidup dibaca waqaf.
|
Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa
setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda
sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang
terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau
berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam
kemampuan yang dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan.
Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus
berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan
memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.
Seandainya Allah menghendaki, mudah saja bagiNya menjadikan seluruh manusia sejak Nabi Adam hingga kiamat tiba menjadi satu umat saja. Namun Allah hendak menguji manusia. Karenanya Dia memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ibnu Katsir menjelaskan, Allah telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hambaNya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa mereka yang durhaka.
“Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
Mengapa Kita Mesti Menyegerakan Amal dan Fastabiqul Khairat?
Pertama, karena asset waktu yang kita miliki hanyalah waktu saat ini! Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Maka segeralah beramal, fastabiqul khairat!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas).
Ibnu Mas’ud pun pernah berkata,
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِى عَلىَ يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلىِ وَلَمْ يَزِدْ فِيْهِ عَمَلِيْ
“Aku tidak pernah menyesali sesuatu. Penyesalanku hanyalah ada pada satu hari dimana mataharinya terbenam, berkurang pada hari itu umurku, akan tetapi tidak bertambah padanya amalku.”
Kedua, amal kita tidak bisa dikerjakan orang lain. Masing-masing orang akan datang kepada Allah Ta’ala dengan amal perbuatan yang dikerjakannya sendiri di dunia. Keshalihan orang tua tidak bisa diandalkan anaknya. Seorang suami tidak akan selamat dari murka Allah karena amal perbuatan istrinya.
Maka di akhirat nanti, setiap kita akan sibuk dengan urusan amal masing-masing. Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧)
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa, 80: 34 – 37)
Setiap kita harus mempertanggungjawabkan seluruh amanah yang ada di pundak kita masing-masing. Rasulullah shallallahu ‘ala‘hi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
Ketiga, kemuliaan dan keridhoan dari Allah Ta’ala ada pada ketaatan; derajat seseorang di sisi Allah Ta’ala adalah disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa, 4: 13)
Keempat, setiap waktu ada aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu ketika datang masa untuk mengerjakan suatu amalan, maka segeralah mengerjakannya sebelum tiba masa untuk mengerjakan amalan yang lain.
Ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk selalu melaksanakan amal tepat pada waktunya.
Berkaitan dengan perintah shalat Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa, 4: 103)
Berkaitan dengan perintah shaum Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…” (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
Berkaitan dengan perintah haji Allah Ta’ala berfirman,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi…” (QS. Al-Baqarah, 2: 197)
Berkaitan dengan perintah zakat Allah Ta’ala berfirman,
وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ
“…dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)…” (QS. Al-An’am, 6: 141)
Kelima, kesempatan beramal seringkali diberikan oleh Allah Ta’ala hanya kepada orang dan waktu yang tertentu. Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya dalam masa tertentu. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya juga dalam masa tertentu. Begitupun seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya dalam masa tertentu. Oleh karena itu, kita harus pandai menggunakan waktu dan kesempatan yang dimiliki, jangan ditunda-tunda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At-Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947).
Rangkumlah Materi Diatas dan Upload Hasil Rangkuman Kalian di Link Google Form Berikut :
➽https://forms.Report Rangkuman PAI
➽https://forms.Report Rangkuman PAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar