Blog Pendidikan Agama Islam

Selasa, 01 September 2020

KOMPETISI DALAM KEBAIKAN KAJIAN SURAT AL MAIDAH AYAT 48

KOMPETISI DALAM KEBAIKAN

Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi agar dapat meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 adalah bahwa Allah Swt. Memerintahkan kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti dapat. Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras, dan Allah SWT menjadikan kita berbagai suku bangsa untuk menguji kita terhadap karunia yang Allah SWT telah berikan.

MAKNA KOMPETISI

Kata ‘kompetisi’ menurut KBBI artinya persaingan. Kebaikan, artinya sifat baik; perbuatan baik; sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.


Kata ‘kebaikan’ menurut ajaran islam dapat diartikan sebagai ‘amal sholeh’. Jadi, kompetisi dalam kebaikan adalah melakukan persaingan atau berlomba untuk melakukan kebaikan atau amal sholeh. Secara terminologis, Amal Sholeh adalah segala perbuatan yang tidak merusak atau menghilangkan kerusakan. Amal sholeh juga adalah perbuatan yang mendatangkan maslahat atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.

Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:


وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
 : Artinya
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)

Arti Kata

الْكِتَابَ
إِلَيْكَ
وَأَنزَلْنَا
Kitab
kepadamu
dan Kami telah menurunkan
لِّمَا
مُصَدِّقًا
بِالْحَقِّ
terhadap apa
yang membenarkan
dengan kebenaran
مِنَ
يَدَيْهِ
بَيْنَ
dari
dua tangan/sebelumnya
antara
عَلَيْهِۚ
وَمُهَيْمِنًا
الْكِتَابِ
atasnya
dan yang menjaga
Kitab
بِمَا
بَيْنَهُم
فَاحْكُم
dengan/menurut apa
diantara mereka
maka putuskanlah
وَلَا
اللَّهُۖ
أَنزَلَ
dan janganlah
Allah
menurunkan
عَمَّا
أَهْوَاءَهُمْ
تَتَّبِعْ
dari apa
hawa nafsu mereka
kamu mengikuti
الْحَقِّۚ
مِنَ
جَاءَكَ
kebenaran
dari
telah datang kepadamu
مِنكُمْ
جَعَلْنَا
لِكُلٍّ
diantara kamu
Kami telah menjadikan
bagi tiap-tiap ummat
وَلَوْ
وَمِنْهَاجًاۚ
شِرْعَةً
dan sekiranya
dan jalan yang terang
peraturan
لَجَعَلَكُمْ
اللَّهُ
شَاءَ
niscaya Dia menjadikan kamu
Allah
menghendaki
وَلَٰكِن
وَاحِدَةً
أُمَّةً
akan tetapi
yang satu
ummat
مَا
فِي
لِّيَبْلُوَكُمْ
apa
dalam/terhadap
Dia hendak menguji kamu
الْخَيْرَاتِۚ
فَاسْتَبِقُوا
آتَاكُمْۖ
kebajikan
maka berlomba-lombalah
Dia berikan kepadamu
مَرْجِعُكُمْ
اللَّهِ
إِلَى
tempat kembalimu
Allah
kepada
بِمَا
فَيُنَبِّئُكُم
جَمِيعًا
dengan/tentang apa
lalu Dia memberitahukan padamu
semua
تَخْتَلِفُونَ
فِيهِ
كُنتُمْ
kamu perselisihkan
di dalamnya
kalian adalah

Hukum Tajwid

Surat al-Maidah/5:48
Lafal
Hukum Tajwid
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
الْكِتٰبَ
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
بِالْحَقِّ
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ح
مُصَدِّقًا لِّمَا
Idgham bilaghunnah karena fathah tanwin bertemu huruf ل
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
مٓنَ الْكِتٰبِ
Al qamariyah  karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
Idzhar karena fathah tanwin bertemu huruf ع
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
بَيْنَهُمْ بِمَآ
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
بِمَآ اَنْزَلَ
Mad jaiz munfashil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
اَنْزَلَ اللّٰهُ
Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
وَلَا
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
اَهْوَآءَ
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
هُمْ عَمَّا
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ع
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
جَآءَ
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
الْحَقِّ ۗ
Al qamariyah karena ال bertemu huruf ح
Qalqalah kubra karena huruf qalqalah (ق) matinya mendatang disebabkan waqaf
لِكُلٍّ جَعَلْنَا
Ikhfa karena kasrah tanwin bertemu huruf ج
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
مِنْكُمْ
Ikhfa  karena nun sukun bertemu huruf ك
كُمْ شِرْعَةً
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ش
شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗ
Idgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf و
Idzhar karena nun sukun bertemu huruf ه
Mad thabi'i  karena fathah diikuti alif
Mad iwadh karena harokat fathah tanwin (جًا) dibaca waqaf (جَا)
شَآءَ اللّٰهُ
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ا
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
اُمَّةً وَّاحِدَةً
Idgham bighunnah karena ada fathah tanwin bertemu huruf و
وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ
Idgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf و
وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ
Idgham bilaghunnah karena nun sukun bertemu huruf ل
Qalqalah sughra karena huruf qalqalah (ب) matinya asli (tidak disebabkan karena waqaf)
كُمْ فِيْ
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
مَآ اٰتٰىكُمْ
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Mad badal karena ada aa yang dibaca panjang
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak (تٰ)
كُمْ فَاسْتَبِقُوا
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
الْخَيْرٰتِ
Al qamariyah karena ال bertemu huruf خ
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
اِلَى اللّٰهِ
Lam tafkhim karena lafadz jalalah didahului harakat fathah
مَرْجِعُكُمْ
Ra tafkhim karena ra sukun didahului harakat fathah
كُمْ جَمِيْعًا
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ج
Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
Ikhfa  karena fathah tanwin bertemu huruf ف
كُمْ بِمَا
Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
كُنْتُمْ
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ت
تُمْ فِيْهِ
Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya sukun
تَخْتَلِفُوْنَ
Mad aridh lissukun karena mad bertemu huruf hidup dibaca waqaf.


Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.

Seandainya Allah menghendaki, mudah saja bagiNya menjadikan seluruh manusia sejak Nabi Adam hingga kiamat tiba menjadi satu umat saja. Namun Allah hendak menguji manusia. Karenanya Dia memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hambaNya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa mereka yang durhaka.

“Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

Mengapa Kita Mesti Menyegerakan Amal dan Fastabiqul Khairat?
Pertama, karena asset waktu yang kita miliki hanyalah waktu saat ini! Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Maka segeralah beramal, fastabiqul khairat!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas).
Ibnu Mas’ud pun pernah berkata,

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِى عَلىَ يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلىِ وَلَمْ يَزِدْ فِيْهِ عَمَلِيْ

“Aku tidak pernah menyesali sesuatu. Penyesalanku hanyalah ada pada satu hari dimana mataharinya terbenam, berkurang pada hari itu umurku, akan tetapi tidak bertambah padanya amalku.”
Kedua, amal kita tidak bisa dikerjakan orang lain. Masing-masing orang akan datang kepada Allah Ta’ala dengan amal perbuatan yang dikerjakannya sendiri di dunia. Keshalihan orang tua tidak bisa diandalkan anaknya. Seorang suami tidak akan selamat dari murka Allah karena amal perbuatan istrinya.
Maka di akhirat nanti, setiap kita akan sibuk dengan urusan amal masing-masing. Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧)

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa, 80: 34 – 37)
Setiap kita harus mempertanggungjawabkan seluruh amanah yang ada di pundak kita masing-masing. Rasulullah shallallahu ‘ala‘hi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
Ketiga, kemuliaan dan keridhoan dari Allah Ta’ala ada pada ketaatan; derajat seseorang di sisi Allah Ta’ala adalah disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman,

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa, 4: 13)
Keempat, setiap waktu ada aktivitasnya sendiriOleh karena itu ketika datang masa untuk mengerjakan suatu amalan, maka segeralah mengerjakannya sebelum tiba masa untuk mengerjakan amalan yang lain.
Ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk selalu melaksanakan amal tepat pada waktunya.
Berkaitan dengan perintah shalat Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa, 4: 103)
Berkaitan dengan perintah shaum Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…” (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
Berkaitan dengan perintah haji Allah Ta’ala berfirman,

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi…” (QS. Al-Baqarah, 2: 197)
Berkaitan dengan perintah zakat Allah Ta’ala berfirman,

وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ

“…dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)…” (QS. Al-An’am, 6: 141)
Kelima, kesempatan beramal seringkali diberikan oleh Allah Ta’ala hanya kepada orang dan waktu yang tertentu. Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya dalam masa tertentu. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya juga dalam masa tertentu. Begitupun seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya dalam masa tertentu. Oleh karena itu, kita harus pandai menggunakan waktu dan kesempatan yang dimiliki, jangan ditunda-tunda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

“Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At-Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947).
Rangkumlah Materi Diatas dan Upload Hasil Rangkuman Kalian di Link Google Form Berikut :

https://forms.Report Rangkuman PAI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts