Blog Pendidikan Agama Islam

Selasa, 01 September 2020

ETOS KERJA DALAM ISLAM KAJIAN SURAT AT TAUBAH AYAT 105

ETOS KERJA DALAM ISLAM

Pengertian Etos Kerja Secara Umum

Kata etos ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang memiliki arti sikap, kepribadian, watak, karakter, dan juga keyakinan atas sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.

Sedangkan kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Pengertian etos kerja merupakan sebuah semangat kerja yang menjadi ciri khas serta juga keyakinan seseorang atau juga sesuatu kelompok. Etos ini juga bisa diartikan ialah sebagai thumuhat yang berkehendak atau juga berkemauan yang dilengkapi dengan semangat yang tinggi guna mencapai cita-cita yang positif.
Sikap etos ini tidak hanya dimiliki oleh tiap-tiap individu saja, tapi juga dapat dimiliki oleh kelompuk ataupun juga masyarakat.
Pengertian Etos Kerja Dalam Islam
Etos Kerja dalam Islam didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.

Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.

Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.

Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela.

Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. 



Makna Surat At Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya :
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

1. Beramallah, Bekerjalah!

Poin pertama dari Surat At Taubah ayat 105 ini adalah perintah beramal dan bekerja.
وَقُلِ اعْمَلُوا
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk beramal. Jika pada ayat sebelumnya dinyatakan bahwa Allah menerima taubat, maka taubat tidak boleh berhenti pada niat baik saja tetapi harus diikuti dengan memperbanyak amal.
“Janganlah berhenti, melainkan teruslah beramal,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Karena nilai kehidupan ditentukan oleh amalan yang bermutu. Maka tak boleh ada mukmin yang kosong waktunya dari amal.”
Buya Hamka menjelaskan, amal adalah pekerjaan, usaha, perbuatan dan keaktifan hidup. Maka selain beribadah, orang yang beriman juga harus bekerja dan berusaha. Terutama sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sebagaimana firman Allah tentang etos kerja dalam ayat lainnya:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al Isra: 84)
“Bekerjalah menurut bakat itu, tidak usah dikerjakan pekerjaan lain yang bukan tugas kita supaya umur tidak habis percuma,” terang Buya Hamka.
Lebih jauh Buya Hamka menjelaskan bahwa kehidupan yang luas ini membutuhkan beragam profesi. Dibutuhkan pedagang, petani, dokter, tentara, pejabat publik, pengusaha, dan beragam profesi lain yang membentuk spesialisasi.
Maka Surat At Taubah ayat 105 dan Al Isra ayat 84 ini, menurutnya, merupakan motivasi dari Allah agar orang-orang mukmin bersemangat beramal dan bekerja. “Allah Swt melarang kita malas dan membuang-buang waktu,” tegas Buya Hamka.

2. Allah Melihat amal dan pekerjaan

Poin kedua dari Surat At Taubah ayat 105 ini menjelaskan bahwa Allah Swt melihat amal hamba-Nya.
فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
maka Allah Swt dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
Allah Swt juga memotivasi hamba-Nya untuk beramal dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Tak perlu mencari popularitas. Tak perlu mengejar pujian. Karena Allah melihat amal-amal itu. Semasa Rasulullah hidup, beliau juga melihat amal-amal itu. Demikian pula kaum mukminin akan melihat amal-amal itu.
Yang menarik pada firman Allah ini, yang dilihat Allah Swt  adalah amalakum; amalmu, pekerjaanmu, usahamu. 
Itulah yang dilihat Allah Swt. Bukan hasil usahanya. Bukan hasil pekerjaannya.
Ayat ini memotivasi kepada kita untuk terus beramal dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Proses itulah yang dilihat dan dinilai Allah Swt. Bukan hasilnya. Allah tidak menilai kita berdasarkan hasil, tetapi berdasarkan proses. Apakah kita telah sungguh-sungguh beramal dan bekerja.

3. Seluruh amal akan dipertanggungjawabkan

Poin ketiga dari Surat At Taubah ayat 105 ini menjelaskan bahwa seluruh manusia akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. Dialah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang mengetahui niat dan amal-amal manusia. Dialah yang mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang terbuka.
Dia akan memberikan balasan atas setiap amal, serahasia apa pun amal itu. Sebagaimana firman-nya dalam Surat Luqman ayat 16.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Luqman: 16)

Kandungan Surat ATaubah ayat 105

Berikut ini adalah isi kandungan Surat At Taubah ayat 105:
1. Allah Swt memerintahkan hamba-Nya untuk beramal dan bekerja. Sebaliknya, Allah melarang sikap malas dan membuang-buang waktu.
2. Allah Swt melihat dan menilai setiap amal hamba-Nya. Karenanya setiap amal harus dilakukan dengan ikhlas, bukan karena riya’ dan mengharap pujian manusia.
3. Allah Swt memotivasi hamba-Nya untuk bersungguh-sungguh dalam proses amal dan pekerjaannya karena proses itulah yang dilihat dan dinilai-Nya. Allah tidak menilai hasil dari usaha tersebut.
4. Allah Swt Maha Mengetahui seluruh perbuatan manusia baik yang tersembunyi maupun yang yang terang-terangan.
5. Setiap manusia akan kembali kepada Allah Swt dan mempertanggungjawabkan setiap amalnya.
SILAHKAN BACA PAHAMI DAN BUAT RANGKUMANNYA DILAPORKAN DI LINK GOOGLE FORM BERIKUT DALAM FORMAT PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts