Blog Pendidikan Agama Islam

Senin, 31 Agustus 2020

BERPIKIR KRITIS DALAM ISLAM Kajian Surat Ali Imran ayat 190 dan 191

1.        Makna Bepikir Kritis

Berfikir kritis adalah kemampuan berfikir yang kompleks dengan menggunakan proses analisis dan evaluasi terhadap suatu informasi yang diterima maupun dalam menyelesaikan permasalahan, atau arti berfikir kritis ialah berfikir untuk mencari kebenaran terhadap informasi yang diterima atau dalam menyelesaikan masalah, cara berfikir kritis yaitu secara tenang, jangan emosi, dahulukan logika, pahami permasalahan, lakukan analisis, dan evaluasi hasilnya, barulah ambil keputusan atau tindakan.
      
     Sedangkan Makna berpikir kritis (dalam konteks agama islam) adalah sikap juga tindakan seseorang yang senantiasa berusaha memahami ayat-ayat Allah SWT dari berbagai sumber lalu kemudian menganalisa dan merenungi kandungan ayat-ayat tersebut yang diikuti dengan tindakan nyata dan sikap positif dalam perilaku sehari-hari.

2.       Manfaat Berpikir Kritis

Berangkat dari definisi diatas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah swt (informasi Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif. Berikut adalah 9 manfaat berpikir kritis dalam Islam

1.          Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah swt.
2.         Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
3.   Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah swt dalam mengembangkan  IPTEKS.
4.        Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5.        Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
6.    Semakin bersyukur kepada Allah swt atas anugerah akan dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
7.         Semakin termotivasi untuk menjadi orang visioner.
8.        Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
9.     Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal yntuk kehidupan akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.

3.       Ayat Al Quran Tentang Berpikir Kritis

Q.S. Ali 'Imran/3:190-191 

 (190) إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ


الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ 
(191)رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya :
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
a)     Hukum Tajwid Surat Ai Imran Ayat 190-191

Lafal
Hukum Tajwid

إِنَّ
Gunnah (Di baca dengung dua harakat hurufnya yaitu nun dan mim yang bertasdid)
فِيْ
Mad Thabi’I karena ya mati sebelumnya berharakat kasrah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
Alif Lam Syamsiyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yaitu س hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
وَالْأَرْضِ
Alif Lam Qomariyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf qomariyah yaitu ا hurufnya ada 14 yaitu  ب و خ ف ع ق غ ح ج ك ي م ه ا
وَاخْتِلَافِ
Hames yaitu berhembusnya nafas karena lemahnya tekanan makhraj (Dibaca dengan menghembuskan nafas yang keluar hurufnya ada 10 ف ح ث ه ش خ ص س ك ت
وَاخْتِلَافِ
Mad Thabi’I karena alif sebelumnya berharakat fathah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)

وَالنَّهَارِ
* Alif Lam Syamsiyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yaitu س hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
* Gunnah (Di baca dengung dua harakat hurufnya yaitu nun dan mim yang bertasdid)

آيَاتٍ لِأُولِي 

Idghom Bila Gunnah karena tanwin bertemu dengan huruf Idghom Bila Gunnah yaitu ل (Di baca lebur kedalam huruf lam hurufnya ada dua yaitu ل ر)
الْأَلْبَابِ
Qolqolah Qubra (Dibaca memantul besar karena huruf qolqolah wakaf di akhir kalimat hurufnya ada lima yaitu ب ج د ط ق
الَّذِينَ
Mad Thabi’I karena ya mati sebelumnya berharakat kasrah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)
يَذْكُرُونَ اللَّهَ
Mad Thabi’I karena wawu mati sebelumnya berharakat dhomah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)
يَذْكُرُونَ اللَّهَ
Lafadz Jalalah Tafhim karena sebelum lafadz Jalalah berharakat Fathah (Dibaca tebal)
قِيَامًا وَقُعُودًا
Mad Thabi’I karena alif sebelumnya berharakat fathah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)
قِيَامًا وَقُعُودًا
Idghom Bi Gunnah dibaca gunnah karena tanwin bertemu dengan huruf Idghom Bila Gunnah yaituو  (Di baca lebur kedalam huruf wawu disertai gunnah dua harakat hurufnya ada empat yaitu ي ن م و)
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ 
Idghom Bi Gunnah dibaca gunnah karena tanwin bertemu dengan huruf Idghom Bila Gunnah yaituو  (Di baca lebur kedalam huruf wawu disertai gunnah dua harakat hurufnya ada empat yaitu ي ن م و
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
Idzhar Syafawi yaitu mim mati bertemu selain mim dan ba (Di baca jelas tanpa dengung)
مَا خَلَقْتَ
Qolqolah Sugra (Dibaca memantul kecil karena huruf qolqolah sukun (mati) di tengah kalimat hurufnya ada lima yaitu ب ج د ط ق

b)   Tafsir Surat Ali Imran Ayat 190

Ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Yahudi yang mengklaim kefakiran Allah (Innallaha ta’ala faqirun wa nahnu aghniyaa). Maka melalui ayat kauniyah ini, Allah menunjukkan betapa Maha Kaya-Nya Allah, sedangkan hamba-Nya justru sangat membutuhkan-Nya. Hanya Allah lah yang mampu menciptakan alam semesta dan segala isinya sekaligus mengatur segala urusan makhluk di dalamnya. Namun hal ini tidak dapat dipahami kecuali hanya orang-orang berakal sempurna dan logika yang sehat, yang disebut sebagai ulul albab.

Ulu dalam bahasa Arab berarti ِAshab yaitu pemilik. Sedangkan albab adalah bentuk jamak dari al-lubb yang berarti inti segala sesuatu. Dalam Al-Qur’an, kata ini disebutkan sebanyak 16 kali dan selalu merujuk pada arti orang yang berakal.

Syekh Muhammad Sayyid Thanthowi dalam Tafsir Al-Wasith menyebutkan bahwa ulul albab adalah mereka yang memiliki akal jernih dan logika yang benar. Imam Al-Zamakhsyari dalam Al-Kasyaf menyebutkan bahwa ulul albab adalah orang-orang yang membuka akal dan pikirannya untuk melihat, menyimpulkan, dan mengambil ibrah dalam setiap keajaiban ciptaan-ciptaan Allah. Imam Abu Bakar Al-Jazairi menambahkan pengertian ulul albab sebagai orang-orang yang mengetahui sesuatu (ciptaan Allah) dan memahami bukti-bukti yang menyertainya.

Penciptaan langit dan bumi yang telah sempurna berikut segala macam atributnya berupa planet-planet, galaksi, laut yang membentang, perkebunan, pepohonan, serta adanya pergantian siang dan malam, merupakan bukti jelas keesaan, keagungan, dan kekuasaan Allah bagi para Ulul Albab.

Surat Ali Imran ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Yakni orang-orang yang berakal. Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau memperhatikan alam. Orang-orang yang kritis.

“Al Quran mengarahkan hati dan pandangan manusia secara berulang-ulang dan intens untuk memperhatikan kitab yang terbuka (alam) ini, yang tidak pernah berhenti halaman-halamannya berbolak-balik,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Maka dalam setiap halamannya tampaklah ayat yang mengesankan dan mengkonsentrasikan dalam fitrah yang sehat perasaan terhadap kebenaran dan desain alam ini.”

Ibnu Katsir menjelaskan, surat Ali Imran ayat 190 ini memotivasi untuk memperhatikan ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak dan semua yang ada padanya mulai gunung hingga lautan. Mulai padang pasir hingga hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan pepohonan. Juga bintang-bintang.

“Renungkanlah alam, langit dan bumi. Langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar tempat kamu hidup,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Pergunakanlah pikiranmu dan tiliklah pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah.”

Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar.

Orang yang memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itulah ulul albab. Sedangkan orang-orang bodoh, meskipun ia melihat langit dan bumi serta melihat pergantian siang dan malam setiap hari, mereka tidak sampai pada kebenaran itu. Meskipun secara akademis dikenal pandai. Karena itulah, Amr bin Hisyam yang oleh kaumnya diberi gelar Abul Hakam, dalam Islam diberi gelar Abu Jahal.

c)    Tafsir Surat Ali Imran Ayat 191

Siapakah ulul albab yang disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 190? Ayat 191 ini menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah orang yang banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri (memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka.

“Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan yakni dzikir dan pikir,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Mereka tidak pernah terputus dari berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka,” tulis Ibnu Katsir saat menafsirkan Surat Ali Imran ayat 191. “Lisan, hati dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

“Wayatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardl menurut Ibnu Katsir maknanya adalah, mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya.

Maka Hasan Al Basri mengatakan, “berpikir selama sesaat  lebih baik daripada berdiri shalat semalam.” Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Berbicara untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan berpikir tentang nikmat-nikmat Allah lebih utama daripada ibadah.”

Sayyid Qutb menjelaskan, memikirkan kekuasaan Allah dalam penciptaan makhluk ini merupakan ibadah kepada Allah dan juga bentuk dzikir kepada-Nya. Dan ayat-ayat Allah di alam semesta ini tidak menampakkan hakikatnya yang mengesankan kecuali kepada hati yang selalu berdzikir dan beribadah.

Hasil yang kemudian diperoleh dari tafakkur ini, adalah suasana berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga ia pun berdoa:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
“Ucapan doa ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, menyerah dan mengakui kelemahan diri,” kata Buya Hamka.
d)   Kandungan Surat Ali Imran Ayat 190-191

1.        Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda kekuasaan Allah.
2.       Tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini hanya diketahui oleh ulul albab.
3.       Ulul albab adalah orang yang berdzikir dan berpikir. Ia selalu ingat kepada Allah dalam segala kondisi dan ia juga mempergunakan akalnya untuk memikirkan penciptaan alam semesta.
4.      Tafakkur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya bermanfaat.
5.       Tafakkur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah dan memperbanyak doa kepada-Nya.

Soal Latihan Materi Berpikir Kritis dalam Islam

1. Apa makna berpikir kritis dalam Islam?

2. Sebutkan 3 manfaaat berpikir kritis dalam Islam yang langsung bisa dirasakan manfaat nya dalam kehidupan sehari-hari?  

3.  خَلَقْتَ apa hukum tajwid bacaan tersebut dan jelaskan secara detail!

4.   Surat Ali Imran ayat 190 merupakan bantahan bagi kaum Yahudi yang mengklaim kefakiran Allah  yang diambil dari ayat (Innallaha ta’ala faqirun wa nahnu aghniyaa), sebutkan surat dan ayat!

5. Dijelaskan bahwa di dalam Al Qur'an terdapat 16 kata Ulul Albab Sebutkan lah  lima ayat yang mengnadung kata tersebut!
6. Sebutkanlah lima tanda kebesaran Allah SWT yang ada pada pergantian siang dan malam!

7. Pilihlah satu binatang dan Carilah 5 tanda kebesaran Allah SWT yang ada pada binatang tersebut!

8. Sebutkanlah 5 nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada manusia!

9. Tafakurilah hikmah dibalik Allah SWT menurukan virus Corona, sebutkanlah 5 Hikmahnya!

10. Pilihlah satu ayat Al Qur'an, tafakuri ayat tersebut dan sebutkan 5 hikmah yang terkandung dalam ayat tersebut!


Silahkan dipahami dan dijawab soal latihan diatas di link Google Form berikut

https://forms.gle/LJS PAI BAB Berpikir Kritisi Dalam Islam


🔻Apabila ada hal yang kurang dimengerti bisa ditanyakan di kolom komentar🔻


 






Kamis, 06 Agustus 2020

TAAT PADA ATURAN KAJIAN AL QUR'AN SURAT AN NISA AYAT 59

PENTINGNYA TAAT KEPADA ATURAN

Pentingnya menaati pemimpin agar roda pemerintahan berjalan dengan baik, makin baik kepemimpinan, makin baik pula rakyatnya. Kandungan Q.S. An-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., Rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis dan itu menandakan kalau kita orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.

Menurut Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim Taat adalah سُكُوْنُ الْاَعْضَاء (Diamnya semua anggota) خِدْمَةُ اْلقَلْب (hati menerima dengan penuh ketaatan, khidmat artinya menjadi hamba) سَكِيْنَةُ الْاَنْفُس  (Jiwa kita harus tenang tidak boleh bergejolak), jadi ketika diperintah terutama oleh Allah Swt dan Rasulullah Saw kita harus menjalankan dengan tenang dan tidak boleh bergejolak.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada Al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., Rasul, dan pemimpin.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)

Hukum Tajwid


Surat an-Nisa/4:59
LafalHukum Tajwid
يَا أَيُّهَاMad jaiz munfasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat
الَّذِينَAlif Lam Syamsiyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yaitu ذ (dza) hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
آمَنُوا أَطِيعُواMad jaiz muttasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat, dan ada mad thobi'i asli juga karena ada kasroh diikuti ya' sukun
اللَّهَLafadz Jalalah Tafhim karena sebelum lafadz Jalalah berharakat Fathah (Dibaca tebal)
وَأَطِيعُواMad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
الرَّسُولَAlif Lam Syamsiyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yaitu ر (ra) hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
الْأَمْرِAlif Lam Qomariyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf qomariyah yaitu ا hurufnya ada 14 yaitu  ب و خ ف ع ق غ ح ج ك ي م ه ا
مِنْكُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu ta'
تَنَازَعْتُمْ فِيIdhar syafawi karena ada mim mati bertemu fa'
شَيْءٍ فَرُدُّوهُIhfa' haqiqi karena ada tanwin diikuti fa' 
إِلَى اللَّهِLafadz Jalalah Tafhim karena sebelum lafadz Jalalah berharakat Fathah (Dibaca tebal)
وَالرَّسُولِAlif Lam Syamsiyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yaitu ر hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
إِنْ كُنْتُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf, dan ada nun sukun bertemu ta'
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَIdhar syafawi karena ada mim mati bertemu ta'
بِاللَّهLafadz Jalalah Tarqiq karena sebelum lafadz Jalalah berharakat Kasrah (Dibaca tipis)
وَالْيَوْمِAlif Lam Qomariyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf qomariyah yaitu ي hurufnya ada 14 yaitu  ب و خ ف ع ق غ ح ج ك ي م ه ا
الْآخِرِAlif Lam Qomariyah karena alif lam bertemu dengan salah satu huruf qomariyah yaitu ا hurufnya ada 14 yaitu  ب و خ ف ع ق غ ح ج ك ي م ه ا
خَيْرٌ وَأَحْسَنُIdghom Bi Gunnah dibaca gunnah karena tanwin bertemu dengan huruf Idghom Bila Gunnah yaituو  (Di baca lebur kedalam huruf wawu disertai gunnah dua harakat hurufnya ada empat yaitu ي ن م و)
تَأْوِيلًاMad Thabi’I karena ya sebelumnya berharakat kasrah (Di baca panjang dua harakat hurufnya  alif, wawu dan ya)

Arti Kata/Kalimat
ءَامَنُوٓاْٱلَّذِينَيَٰٓأَيُّهَا
berimanorang-orang yangwahai
وَأَطِيعُواْٱللَّهَأَطِيعُواْ
dan taatlahAllahtaatlah kamu
ٱلۡأَمۡرِوَأُوْلِيٱلرَّسُولَ
Amridan ulilRasul
تَنَٰزَعۡتُمۡفَإِنمِنكُمۡۖ
kamu berselisihmaka jikadiantara kamu
فَرُدُّوهُشَيۡءٖفِي
maka kembalikanlah iasesuatudalam/tentang
وَٱلرَّسُولِٱللَّهِإِلَى
dan RasulAllahkepada
تُؤۡمِنُونَكُنتُمۡإِن
(kamu) berimankalian adalahjika
ٱلۡأٓخِرِۚوَٱلۡيَوۡمِبِٱللَّهِ
akhirat/akhirdan harikepada Allah
وَأَحۡسَنُخَيۡرٞذَٰلِكَ
dan sebaik-baiklebih baik/utamademikian itu
--تَأۡوِيلًا
--kesudahan/akibatnya



  • ASBABUN NUZUL SURAT AN NISA AYAT 59


Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan perkataan Ibnu Abbas. Bahwa asbabun nuzul Surat An Nisa ayat 59 ini berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais, ketika ia diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memimpin suatu pasukan khusus.
Abdullah memerintahkan pasukannya mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya. Saat api sudah menyala, ia menyuruh pasukannya untuk memasuki api itu. Lalu salah seorang pasukannya menjawab, “Sesungguhnya jalan keluar dari api ini hanya Rasulullah. Jangan tergesa-gesa sebelum menemui Rasulullah. Jika Rasulullah memerintahkan kepada kalian untuk memasuki api itu, maka masukilah.”
Kemudian mereka menghadap Rasulullah dan menceritakan hal itu. Rasulullah melarang memasuki api itu dan menegaskan bahwa ketaatan hanya dalam kebaikan.
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, Surat An Nisa ayat 59 turun berkenaan hal ini, menjelaskan bahwa jika ada perbedaan maka harus dikembalikan kepada Allah (Al Quran) dan Rasul-Nya (hadits).
  • KETAATAN MUTLAK HANYA KEPADA ALLAH SWT DAN RASULULULLAH SAW
Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan di sini adalah ketaatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Ketaatan harga mati.
Orang yang taat kepada Rasulullah, pada hakikatnya ia taat kepada Allah. Karena tidak ada satu pun perintah dari Rasulullah yang bertentangan dengan perintah Allah. Tidak ada sabda beliau yang bertentangan dengan firman Allah karena sabda-sabdanya bukan dari hawa nafsu melainkan dari wahyu.
Ibnu Katsir menjelaskan, taat kepada Allah adalah mengikuti ajaran Al Quran. Sedangkan taat kepada Rasulullah adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, Allah wajib ditaati. Di antara hak prerogratif uluhiyah adalah membuat syariat. Maka, syariat-Nya wajib dilaksanakan. Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan wajib taat pula kepada Rasulullah karena tugasnya itu, yakni tugas mengemban risalah dari Allah. Karena itu, mentaati Rasulullah berarti mentaati Allah.
Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 80
مَنْ يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

ِArtinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
  • KETAATAN KEPADA ULIL AMRI (PEMIMPIN)
Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.


  1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari berpendapat bahwa ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
  2. Al-Mawardi berpendapat ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
  3. Ahmad Mustafa al-Maraghi berpendapat bawa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.

Orang-orang yang beriman juga diperintahkan taat kepada ulil amri. Yang menarik, redaksi perintahnya tidak mengulang kata athii’uu (أطيعوا) sebagaimana perintah taat pada Rasulullah. Dimaknai, ketaatan kepada ulil amri hanya ketika perintahnya tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Atha’, Hasan Al Basri dan Abul Aliyah, ulil amri (أولي الأمر) adalah para ulama. Menurut Ibnu Katsir, ulil amri itu bersifat umum baik pemerintah maupun ulama. Sedangkan menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir, ulil amri adalah pemimpin dan para ulama.
Ketaatan kepada ulil amri harus dibingkai dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak boleh bertentangan. Tidak boleh taat dalam perkara maksiat.
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam masalah kebaikan” (HR. Bukhari dan Muslim)
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam masalah kebaikan” (HR. Muslim)
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Mendengar dan taat (bagi muslim) itu haq, sejauh ia tidak diperintah untuk bermaksiat. Jika diperintah untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam khutbah Haji Wada’:
وَلَوِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ يَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا
“Seandainya seorang budak memimpin kalian dengan memakai pedoman Kitabullah, maka tunduk dan patuhlah kalian kepadanya.” (HR. Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.



  • KEMBALI KEPADA AL QUR'AN DAN HADIS
Menurut Mujahid dan ulama mufassir lainnya, makna yang dimaksud adalah mengembalikan hal tersebut kepada Kitabullan dan Sunnah Rasulullah.
Ibnu Katsir menjelaskan, ini merupakan perintah Allah. Jika ada yang diperselisihkan di antara manusia mengenai masalah pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, hendaknya dikembalikan kepada penilaian Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Sebagaimana juga firman-Nya:
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ
“Tentang sesuatu apa pun yang kalian perselisihkan, maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (QS. Asy Syura: 10)
Kitabullan dan sunnah Rasulullah ini merupakan dua pusaka yang ditinggalkan Rasulullah untuk menjadi sumber hukum dan pedoman hidup umat Islam.
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik)
Perintah mengembalikan perselisihan kepada Al Quran dan hadits ini ditujukan kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. “Hal ini menunjukkan bahwa siapa yang tidak menyerahkan keputusan hukum kepada Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya di saat berselisih pendapat, ia bukan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,” tegas Ibnu Katsir.
Kembali kepada Al Quran dan Sunnah serta menjadikannya rujukan akan membawa kebaikan. “Yaitu lebih baik akibatnya dan penyelesaiannya,” kata As Saddi. “Lebih baik penyelesaiannya,” kata Mujahid.
  • KANDUNGAN SURAT AN NISA AYAT 59
  1. Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak. Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
  2. Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban mentaatinya.
  3. Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang diperselisihkan, harus dikembalikan kepada Al Quran dan hadits.
  4. Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan. Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya, keimanannya dipertanyakan.
  5. Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik dan membawa akibat yang penuh berkah.
Latihan Soal BAB Taat Kepada Aturan

1. Jelaskan secara rinci maksud pengertian Taat yang dikemukakan Oleh Habib Saggaf bin Mahdi!

2. Mengapa ketika terjadi perselisihan atau berbeda pendapat kita kembalikan hal tersebut kepada Al Qur'an dan Hadist?

3. Jelaskan secara rinci hukum tajwid dari kalimat ini مَنْ يُطِعِ!

4. Jelaskan Hikmah dari Asbabun Nuzul surat An Nisa ayat 59!

5. Jelaskan intisari dari pengertian Ulul Amri yang diterangkan oleh Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari, Al Mawardi dan Al Musthofa Al Maraghi!

Silahkan Kerjakan di Buku Tulis PAI Kalian Masing-Masing, Setelah Selesai di Foto lalu Convert ke PDF dan kirim ke Link Goggle Form Dibawah Ini



https://docs.google.com/form/LJS_PAI_BAB_TAAT PADA ATURAN

Apabila ada yang kurang dipahami bisa di tanyakan di kolom komentar



Popular Posts