SURAT AL HUJURAT (الحجرات) AYAT 10, 11, 12
Quran Surat Al-Hujurat Ayat 10
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Quran Surat Al-Hujurat Ayat 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Artinnya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
- SURAT AL HUJURAT AYAT 10
- Tafsir Per Kata
Kata innama (إنما) merupakan adatul hashr (kata pembatas), yakni untuk membatasi sesuatu. Orang-orang yang beriman, hakikat hubungan mereka dibatasi dengan persaudaraan. Seakan-akan tidak ada jalinan hubungan antar orang beriman kecuali persaudaraan. Bahwa semua orang yang beriman adalah bersaudara.
Kata ikhwah (إخوة) adalah bentuk jamak dari kata akh (أخ), yang artinya saudara. Kata ikhwah biasanya digunakan untuk persaudaraan sekandung, sedangkan kata ikhwan (إخوان) yang juga bentuk jamak dari kata akh, untuk persaudaraan yang tidak sekandung. Seakan-akan ayat ini menjelaskan bahwa persaudaraan kaum mukminin lebih kuat daripada ikatan darah saudara kandung.
Imam Al Qurthubi menjelaskan, “Tali ikatan persaudaraan seagama lebih kuat daripada ikatan persaudaraan nasab. Sebab ikatan persaudaraan nasab terputus karena berbeda agama sedangkan ikatan persaudaraan seagama tidak akan terputus karena berbeda nasab.”
Kata ashlihuu (أصلحوا) terambil dari kata ashlaha (أصلح) yang asalnya adalah shaluha (صلح). Antonim dari kata fasada (فسد) yang artinya rusak. Sehingga shaluha artinya adalah terhentinya kerusakan atau diraih manfaatnya. Ashlihuu berarti adalah mencegah kerusakan sehingga kembali harmonis hubungannya. Sederhananya, mendamaikan.
Kata akhawaikum (أخويكم) adalah bentuk dual dari kata akh (أخ). Penggunaan bentuk dual ini mengisyaratkan, jangankan banyak orang, bahkan dua orang mukmin pun jika berselisih, mereka harus didamaikan. Diupayakan ishlah (إصلاح).
- Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Hujurat Ayat 10
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.. (QS. Al Hujurat: 10)
yakni semuanya saudara seagama. Sebagaimana banyak hadits Rasulullah menjelaskan, di antaranya:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
“Orang muslim itu adalah saudara muslim lainnya. Ia tidak boleh berbuat aniaya terhadapnya dan tidak boleh pula menjerumuskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pertikaian –apalagi peperangan- antara kaum mukminin merupakan bentuk kezaliman (aniaya) dan laksana sakitnya tubuh. Maka Surat Al Hujurat ayat 10 ini memberikan panduan, mukmin lainnya harus berusaha untuk mendamaikan keduanya.
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu (QS. Al Hujurat: 10)
Allah juga memerintahkan untuk senantiasa bertaqwa dalam segala urusan. Mendamaikan saudara termasuk implementasi taqwa. Dan ini mengundang rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat: 10)
Kandungan Surat Al Hujurat Ayat 10
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Hujurat ayat 10:
- Orang-orang beriman, meskipun bukan saudara kandung, mereka terikat dengan persaudaraan iman (ukhuwah imaniyah) bagaikan saudara sekandung bahkan ikatannya lebih kuat lagi.
- Ketika ada orang-orang beriman bertikai, kewajiban bagi mukmin lainnya untuk mendamaikan mereka. Yang paling wajib mendamaikan adalah pemimpin kaum muslimin.
- Pertikaian bisa terjadi bahkan di antara dua orang. Meskipun yang bertikai dua orang, wajib bagi mukmin untuk mendamaikan mereka, apalagi jika yang bertikai banyak orang.
- Orang-orang mukmin harus menjadikan taqwa sebagai landasan dalam seluruh amal perbuatannya. Termasuk dalam mendamaikan dua orang yang bertikai. Dengan taqwa ia bisa adil dan tidak diskriminatif. Dengan taqwa juga akan memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Ayat ini mengisyaratkan persatuan dan kesatuan akan melahirkan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, pertikaian dan perpecahan akan menjauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.